Perilaku kerja prestatif dapat dilihat dalam sikap sebagai berikut :
1. Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas bukan berarti kerja tanpa mengharapkan gaji/honor. Kerja ikhlas dalam hal ini dapat diartikan kerja yang dilakukan tanpa keluh kesah. Segala jerih payah bahkan rasa lelah tidak dirasakan suatu beban yang berat.
Contoh :
Seorang tukang jahit sepatu walaupun hasil jahitannya hanya dapat untuk menutup biaya, tetapi tetap bekerja dengan baik, melaksanakan pekerjaannya dengan tulus dan berusaha agar pesanan untuk jahitannya baik dengan harapan semoga rejeki yang diterima menjadi berkat Tuhan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
2. Kerja Mawas Diri Dari Rasa Emosional
Kerja mawas diri dapat diartikan tidak tergesa-gesa dalam mengambil suatu tindakan, tidak mudah terpancing oleh suasana dalam menerima suatu kritikan maupun pujian. Sebelum bertindak dipikirkan dengan matang keputusan apa yang akan diambil. Oleh karena itu sikap hati-hati perlu diterapkan agar tidak mudah terjebak pada kesalahan yang sama.
Contoh :
Seorang pemimpin perusahaan yang memiliki masalah pribadi di rumah dengan keluarganya, tidak boleh membawa masalah ke perusahaan.
3. Kerja Cerdas
Cerdas, sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti) dan tajam dalam berpikir. Bekerja tidak hanya mengandalkan otot saja tetapi juga mengandalkan otak artinya untuk mencapai sukses tidak hanya dibutuhkan kerja keras saja akan tetapi juga kecerdasan untuk melakukan inovasi-inovasi baru yang dapat diterima oleh masyarakat.
Kerja cerdas adalah bekerja dengan menggunakan pikiran yang tajam, cepat, tepat dalam menerima, menanggapi, menentukan sikap dan berbuat.
Wirausahawan yang cerdas, wirausahawan dalam menjalankan pekerjaannya pandai memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang, dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan.
Contoh :
Wirausaha dalam bekerja menggunakan konsep keilmuan, misalnya penggunaan teknologi tepat, menggunakan konsep hitung menghitung (matematika), menggunakan bahasa global, pandai bernegosiasi, berkomunikasi dan mengelola informasi.
4. Kerja Keras
Kerja keras berarti bekerja dengan menggunakan sumber daya secara optimal, misalnya tenaga, pikiran, dan perasaan dalam menggunakan waktu, bahan, dana dan alat.
Kerja keras dalam bekerja mampunyai sifat mabuk kerja untuk dapat mencapai sasaran yang ingin dicapai, dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapi, sangat bersemangat untuk meraih keinginannya.
Contoh :
Kerja keras seorang nelayan, setiap hari mereka berangkat untuk berlayar tanpa mengenal waktu dan lelah, kadang-kadang kalau cuaca tidak mendukung nelayan tersebut bisa tidak membawa hasil tangkapannya.
5. Kerja Tuntas
Kerja tuntas artinya kerja yang tidak setengah-setengah dan mampu mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usahanya secara maksimal.
Contoh :
Seorang pengusaha konveksi dapat mengorganisasikan usahanya dengan baik mulai dari membuat sarana konveksi, lay out konveksi, peralatan yang dibutuhkan, proses produksi, strategi pemasaran, kemungkinan kerugian sampai mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu laba.
D. MENERAPKAN SIKAP DAN PERILAKU KERJA PRESTATIF DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Untuk memberikan motivasi, menanamkan, dan memupuk mental jiwa wirausaha perlu sekali menerapkan sikap dan perilaku kerja prestatif dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Penerapannya dapat berupa aktivitas biasa dalam menjalankan hidup sehari-hari maupun berupa kegiatan bisnis.
1. Di Lingkungan Keluarga
Menerapkan kerja prestatif di lingkungan keluarga di antaranya dapat berupa :
a. Disiplin dalam menjalankan kewajiban, seperti ibadah, belajar dan membantu orang tua, tidak menunda-nunda waktu.
b. Mengisi waktu luang untuk kegiatan yang produktif, kreatif dan inovatif.
c. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan keluarga, dan dikerjakan sebaik-baiknya.
2. Di Lingkungan Sekolah
Media untuk bisa digunakan menerapkan kerja prestatif di lingkungan sekolah antara lain :
a. Kegiatan belajar mengajar di kelas.
b. Kegiatan intra sekolah (OSIS).
c. Unit-unit usaha yang ada di sekolah seperti halnya : koperasi siswa, pertokoan, kantin, bank mini, sanggar busana.
3. Di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat lebih luas dan kompleks sehingga kegiatan menerapkan kerja prestatif akan lebih leluasa dan bukan simulatif, tetapi benar-benar praktek.
Media yang digunakan :
a. Organisasi kemasyarakatan, seperti karang taruna, organisasi keolahragaan, lembaga swadaya masyarakat, koperasi, dan lain-lain.
b. Dunia usaha dan industri misalnya, magang, bekerja paroh waktu dan sebagainya.
Untuk memacu kreativitas yang tinggi ada 4 tahapan menurut Edward de Bono (1970) dalam proses kreatif, yaitu
a) Latar Belakang atau Akumulasi Pengetahuan.
Kreasi yang baik biasanya didahului oleh
penyelidikan dan pengumpulan informasi. Hal ini meliputi membaca,
berbicara dengan orang lain, menghadiri pertemuan pro-fesional dan
penyerapan informasi sehubungan dengan masalah yang tengah digeluti.
Sebagai tambahan dapat juga menerjuni lahan yang berbeda dengan masalah
kita karena hal ini dapat memperluas wawasan dan memberikan sudut
pandang yang berbeda-beda.
b) Proses Inkubasi
Dalam tahap ini seseorang tidak selalu
harus terus-menerus memikirkan masalah yang tengah dihadapinya, tetapi
ia dapat sambil melakukan kegiatan lain, yang biasa, yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan masalah. Akan tetapi, ada waktu-waktu
tertentu di mana ia harus menyempatkan diri memikirkan masalah ini untuk
pemecahannya.
c) Melahirkan Ide
Ide atau solusi yang seirama ini
dicari-cari mulai ditemukan. Terkadang ide muncul pada saat yang tidak
ada hubungannya dengan masalah yang ada. Ia bisa muncul tiba-tiba. Di
sini ia harus dapat dengan cepat dan tanggap menangkap dan
memformulasikan baik ide maupun pemecahan masalah lanjutan dari ide
tersebut.
d. Evaluasi dan Implementasi
Tahap ini merupakan tahap tersulit dalam
tahapan-tahapan proses kreativitas karena dalam tahap ini seseorang
harus lebih serius, disiplin, dan benar-benar berkonsentrasi. Seseorang
yang sukses dapat mengidentifikasi ide-ide yang mungkin dapat dikerjakan
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Lebih penting lagi, ia
tidak menyerah begitu saja bila menghadapi hambatan. Bahkan biasanya ia
baru akan berhasil mengembangkan ide-ide setelah beberapa kali mencoba.
Hal penting lain dalam tahapan ini adalah di mana seseorang mencoba-coba
kembali ide-ide sampai menemukan bentuk finalnya karena ide yang muncul
pada tahap (c) tadi biasanya dalam bentuk yang tidak sempurna. Jadi,
masih perlu dimodifikasi dan diuji untuk mendapatkan bentuk yang baku
dan matang dari ide tersebut.
Menurut Kao (1989), ada beberapa hal yang
dapat merintangi atau menghambat pimikiran kreativitas dilihat dari
prilaku seorang adalah sebagai berikut :
- Mengagungkan tradisi dan budaya yang dibuat,
- Memperkecil ketersediaan sumber-sumber yang dibutuhkan,
- Lebih menekankan pada prilaku struktur birokrasi,
- Menekankan pada nilai yang menghalangi pengambilan resiko,
- Lebih menyukai spesialisasi,
- Komunikasi yang lemah,
- Mematikan sesuatu contoh,
- Sistem pengendalian yang kuat atau tidak lentur,
- Menekankan denda atau hukuman atas kegagalan atau kesalahan,
- Mengawasi aktivitas kreativitas, dan
- Menekankan batas waktu.
Untuk menghindari hal-hal di atas, kita
harus membuang sejauh mungkin setiap hambatan mental yang mengganggu
proses berpikir kita. Daya imajinasi baru mempunyai arti bagi hidup kita
apabila bercampur dan bekerjasama dengan daya pikiran kita. Pikiran
kita dapat berakibat dua hal, mungkin menolong mungkin juga menghambat
usaha kita.